
Jakarta - Batubara dan kelapa sawit mengantarkan sejumlah orang menjadi warga terkaya negeri ini. Chief Editorial Advisor Forbes Indonesia Justin Doeble menyatakan, 16 dari 40 konglomerat asal Indonesia berkiprah dalam bisnis batu bara dan kelapa sawit. Dua komoditas itu mendongkrak pundi-pundi kekayaan mereka. Kekayaan konglomerat lainnya berasal dari bisnis yang sudah digeluti bertahun-tahun sebelumnya, seperti farmasi, rokok, dan lain-lain.
Kakak beradik R Budi dan Michael Hartono misalnya. Dua konglomerat yang menjadi orang terkaya di Indonesia untuk tahun ini, memiliki gabungan penghasilan sebesar US$ 11 miliar atau setara dengan Rp100 triliun. Budi dan Hartono juga menjadi orang terkaya tahun lalu. Keduanya mendapat pemasukan terbesar dari Bank Central Asia sebagai bank swasta terbesar di Indonesia. Mereka juga pemilik industri rokok kretek
Djarum dan merambah bisnis kelapa sawit.
Konglomerat di posisi kedua, Susilo Wonowidjojo, dengan kekayaan mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp72 triliun. Susilo dikenal sebagai taipan industri rokok Gudang Garam yang sahamnya meningkat dua kali lipat tahun lalu dan meningkat sepuluh kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Di peringkat ketiga adalah miliarder Eka Tjipta Widjaja. Dengan usia 87 tahun, membuat Eka sebagai orang tertua di dalam daftar orang kaya Indonesia. Kekayaan sebesar US$ 6 miliar atau setara dengan Rp54 triliun didapatkan dari bisnis kelapa sawit Golden Agri Resources.
Tujuh orang menjadi pendatang baru di dalam daftar orang terkaya. Mereka, antara lain, Sri Prakash Lohia dengan kekayaan US$ 2,65 miliar, pengusaha bisnis poliester di bawah perushaan Indorama Synthetics. Agus Lasmono Sudwikatmono, Wakil Presiden perusahaan batu bara Indika Energy menjadi pendatang baru sekaligus orang kaya termuda. Di umur 39 tahun, Agus telah mengumpulkan kekayaan sebesar US$ 845 juta.
Wanita terkaya adalah Kartini Muljadi. Berada di peringkat 25, Kartini memiliki kekayaan sebesar US$ 840 juta, naik US$ 320 juta dari tahun lalu. Kekayaannya berasal dari industri farmasi, yaitu Tempo Scan Pasific, yang dijalankan anaknya, Handojo.
Forbes juga melansir empat pengusaha yang jumlah asetnya menurun. Salah satunya adalah Aburizal Bakrie. Di umurnya yang ke-63, kekayaannya menurun dari US$ 2,5 miliar pada tahun lalu menjadi US$ 2,1 pada tahun ini. Namun, Ketua Umum Partai Golkar ini masih masuk ke dalam sepuluh besar orang terkaya di Indonesia.